Jumat, 01 Februari 2013

MAKALAH METODE TELADAN SEBAGAI SALAH SATU METODE PENDIDIKAN DALAM AL QUR,AN

PENDAHULUAN


Segala puji bagi Allah, Dzat yang telah mengajari ,manusia dengan pena ( qolam ) dan telah mengajari mereka segala sesuatu yang tidak mereka ketahui. Sholawat serta salam dan kemuliaan semoga senantiasa tercurahkan kepada utusan Allah, Nabi Muhammad SAW dan juga kepada keluarga, para shahabatnya dan juga orang-orang yang mengikutinya hingga akhir zaman. Amin.
Mendidik adalah tugas dan tanggung jawab orangtua dalam lingkup keluarga, guru dalam lingkup sekolah, serta ulama dan pemimpin di lingkungan masyarakat. Dalam lingkungan manapun, dan situasi apapun, mendidik memerlukan cara dan metode yang dapat membantu peserta didik menyerap dan memahami materi pengajaran yang disampaikan pendidik. Selain itu, kesungguhan dan keikhlasan pendidik juga menjadi modal utama meraih keberhasilan tersebut, karena tanpa keduanya pendidikan tidak akan mencapai tujuan yang diharapkan.
Rasullullah SAW adalah contoh hidup dan teladan yang baik dari apa yang beliau ajarkan kepada para shahabatnya. Tidak ada satu keutamaan yang dianjurkan kecuali beliau lakukan, bahkan mendahului yang lain dalam mengamalkannya.
Diantara metode-metode yagn ditempuh rasulullah SAW dalam proses pengajaran adalah metode teladan. Dalam konteks ini, beliau senantiasa melakukan sesuatu sebelum menyuruh orang lain ( muridnya ) melakukan sesuatu itu sebagai bentuk teladan, sehingga orang lainpun akan dapat mengikuti dan mencerna dengan mudah sebagaimana yang mereka saksikan dari beliau.
Dalam makalah ini, akan kami uraikan sedikit tentang salah satu metode pendidikan dalam Al Quran yaitu metode teladan.











PEMBAHASAN


A. NABI MUHAMMAD SAW SEBAGAI TELADAN
Rasulullah telah menjadi teladan yang baik kepada kita semua. Seperti yang telah Allah SWT firmankan :



“ Sungguh pada diri Rasulullah SAW terdapat tauladan yang baik bagi kalian, yakni bagi siapa saja yang mengharapkan ( perjumpaan dengan ) Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah”. ( QS Al Ahzab : 21 )

Dalam al-Qur’an, kata teladan diproyeksikan dengan kata usroh yang kemudian diberi kata sifat hasan. Kata usroh diulang dalam al-Qur’an sebanyak 6 kali dengan mengambil contoh dari Nabi. Dalam surat al-Ahzab diatas, merupakan bukti adanya metode keteladanan dalam pengajaran. Muhammad Qutb misalnya, mengisyaratkan bahwa di dalam Nabi Muhammad adalah contoh yang baik dan ini merupakan suatu metodologi dalam pengajaran. Bahwa harus mancontoh Nabi baik segi akhlak dalam bermasyarakat maupun dalam beribadah kepada Allah.
Lebih lanjut, al-Qur’an menjelaskan Akhlak nabi Muhammad dalam bentuk tingkah laku. Misalnya dalam surat al Fath (48): 29 :
Yang artinya : Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka ( yang diungkapkan ) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka ( yang diungkapkan ) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat, lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar.

Hal ini menandakan bahwa dalam dunia pendidikan seorang figur yang baik harus ada. Dalam hal ini tentunya seorang guru harus memiliki figur yang baik yang mana bisa di contoh oleh murid atau anak didiknya.
Dalam sirahnya, terdapat banyak bukti yang menunjukkan keteladanan Nabi, diantaranya :
a. Banyak berdzikir kepada Allah
b. Memperhatikan sholat lima waktu
c. Sangat dermawan
d. Bagus dalam bergaul dengan istri
e. Sangat memperhatikan masalah janji sekalipun dalam musuh
f. Itsar ( mendahulukan kepentingan orang lain )
g. Memaafkan orang-orang yang dzalim kepada beliau
h. Tawadhu’ ( Rendah hati )
i. Zuhud terhadap dunia
j. Memperhatikan dakwah kepada Allah
k. Ikut serta dalam membangun masjid
l. Ikut serta dalam menggali parit
m. Memulai berbuka ketika beliau menyuruh untuk berbuka
n. Mencabut cincin dari emas dan melarang shahabat untuk memakainya
o. Meminta kepada keluarganya untuk menjamu orang yang butuh, sebelum meminta hal itu kepada orang lain
p. Mengembalikan tawanan anak bani Hawazin sebelum menyuruh orang lain melakukan itu
q. Membawa cucunya di pundaknya ketika shalat
Hadis dari Abdullah ibn Yusuf, katanya Malik memberitakan pada kami dari Amir ibn Abdullah ibn Zabair dari ‘Amar ibn Sulmi az-Zarâqi dari Abi Qatadah al-Anshâri, bahwa Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam. salat sambil membawa Umâmah binti Zainab binti Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam. dari (pernikahannya) dengan Abu al-Ash ibn Rabi’ah ibn Abdu Syams. Bila sujud, beliau menaruhnya dan bila berdiri beliau menggendongnya. ( HR. Bukhari )

Adapun manfaat dari bentuk metode teladan yang telah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW kiranya tidak dapat disangsikanlagi bahwa metode ini dangat kuat bersemayam di dalam hati dan memudahkan pemahaman serta ingatan. Disamping itu, metode tersebut juga sangat efektif dan efisien dalam membantu upaya (seorang guru) mengajar dan mendidik ( para siswa ) daripada model pengajaran melalui ceramah-ceramah dan uraian kata-kata. Metode pengajaran semacam itu merupakan metode yang sangat sesuai (cocok) dengan fithrah pengajaran itu sendiri.
B. KISAH KETELADANAN DALAM AL QUR’AN
1. QS Al-Kahfi ayat 9 – 26
Salah satu teladan lainnya yang diperkenalkan oleh Al-Quran adalah kelompok Ashabul-Kahfi. Al-Quran mengisahkan perjalanan hijrah sekelompok pemuda demi mempertahankan kebenaran yang mereka raih. Allah swt menyebut mereka sebagai teladan yang mulia. Para pemuda Ashabul Kahfi mulanya adalah anak-anak muda yang terbiasa hidup dalam kenikmatan dan kemewahan. Namun demi mempertahankan akidah dan keyakinannya serta menentang penguasa yang zalim di masanya, mereka rela meninggalkan seluruh kenikmatan itu dan menyembunyikan diri di sebuah gua. Hal ini merupakan bukti dari keteguhan dan pengorbanan mereka dalam berjuang di jalan Ilahi.
Allah swt dalam surat Al-Kahfi ayat 13 berfirman,
"Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka."

Ashabul Kahfi adalah para pemuda teladan. Meski mereka tergolong masih mudah dan diliputi dengan semangat anak muda yang menyukai kesenangan, namun mereka tetap teguh berjuang mempertahankan akidah tauhidnya dan menentang kesyirikan. Sehingga Allah swt pun memberikan mereka hidayah. Karena itulah mereka adalah para pemuda yang dilayak dijadikan sebagai teladan sebagaimana yang ditegaskan oleh Al-Quran.
2. QS Al-Kahfi ayat 66



"Musa Berkata kepada Khidhr: "Bolehkah Aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang Telah diajarkan kepadamu?"

Nabi Musa as berguru kepada Nabi Khidhir untuk memperoleh hikmah dan makrifah. Nabi Musa as dengan melontarkan pertanyaan itu menunjukkan bahwa perubahan dan revolusi diri tidak terbatas pada masa tertentu. Manusia di setiap usia dan peringkat keilmuan manapun senantiasa memerlukan seorang pembimbing yang bisa menjadi pelita dan penuntun jalan. Al-Quranul Karim memperkenalkan karakter utama para manusia-manusia teladan dengan menceritakan kehidupan pribadi mereka. Al-Quran mengajarkan manusia untuk menjadikan perilaku dan pemikiran manusia-manusia agung itu sebagai landasan hidupnya. Dengan cara itu, mereka diharapkan bisa mengubah nasib diri dan masyarakatnya.
Memilih teladan dan contoh yang tepat dalam kehidupan pribadi dan sosial merupakan perkara yang menentukan. Bahkan, sebagian para nabi menganggap bahwa mereka pun memerlukan teladan yang sempurna. Mereka merujuk kepada manusia-manusia yang mereka anggap layak dijadikan sebagai teladan untuk menempuh jalan kesempurnaannya.
3. QS At-Tahrim ayat 11



"Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman isteri Fir'aun, ketika ia berkata: "Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim."

Al-Quran menyontohkan Siti Asiah, istri Firaun sebagai teladan utama bagi orang-orang beriman. Siti Asiah adalah perempuan mulia dan ahli iman. Meski ia hidup di tengah situasi yang sangat kelam, namun ia tidak terpengaruh oleh kehinaan pemerintahan Firaun yang zalim. Dengan selalu bertawakkal kepada Allah, ia berupaya menjauhkan diri dari noda-noda hitam lingkungan di sekitarnya dan memilih jalan yang benar.

4. QS Yusuf ayat 33




"Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih Aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu Aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah Aku termasuk orang-orang yang bodoh."

Nabi Yusuf as merupakan salah satu manusia yang diperkenalkan Al-Quran sebagai model pendidikan. Perjalanan hidup Nabi Yusuf pun disebut Al-Quran sebagai kisah terbaik. Al-Quran menyebut beliau sebagai pahlawan perjuangan yang berhasil melawan godaan hawa nafsunya. Menurut Islam, jihad yang paling utama adalah jihad melawan hawa nafsu. Nabi Yusuf adalah seorang pemuda yang paling tampan. Suatu hari ia mendapat godaan dari Zulaikha, istri penguasa negeri Mesir di masa itu. Namun dengan berbekal tawakkal kepada Allah, beliau menampik godaan itu dan berhasil menundukkan hasrat hawa nafsunya. Nabi Yusuf bahkan rela dipenjara dan menerima hukuman apapun demi mempertahankan katakwaannya dan memerangi hawa nafsu.

5. QS An Naml ayat 19







Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, “ Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmad-Mu de dalam golongan hamba-hamba-Mu yang sholih.”

Ayat di atas mengisahkan tentang perilaku Nabi Sulaiman yang senantiasa memohon kepada Allah SWT agar selalu bersyukur atas karunia Allah SWT yang telah diberikan kepadanya.

6. QS As Shoffat ayat 102








Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, : “ Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!”. Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.

Ayat di atas memberikan teladan kita untuk ikhlas dan sabar terhadap apa yang telah diperintahkan oleh Allah.

KESIMPULAN DAN PENUTUP

Memperhatikan kutipan di atas dapat dipahami bahwa keteladanan mempunyai arti penting dalam mendidik, keteladanan menjadi titik sentral dalam mendidik, kalau pendidiknya baik, ada kemungkinan anak didiknya juga baik, karena murid meniru gurunya. Sebaliknya jika guru berperangai buruk, ada kemungkinan anak didiknya juga berperangai buruk.Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam merepresentasikan dan mengekspresikan apa yang ingin diajarkan melalui tindakannya dan kemudian menerjemahkan tindakannya ke dalam kata-kata.
Aplikasi metode teladan, diantaranya adalah, tidak menjelek-jelekkan seseorang, menghormati orang lain, membantu orang yang membutuhkan pertolongan, berpakaian yang sopan, tidak berbohong, tidak berjanji mungkir, membersihkan lingkungan, dan lain-lain Bagaimana beribadah Allah SWT, bagaimana bersikap sederhana, bagaimana duduk dalam salat dan do’a, bagaimana makan, bagaimana tertawa, dan lain sebagainya, menjadi acuan bagi para sahabat, sekaligus merupakan materi pendidikan yang tidak langsung. ;yang paling penting orang yang diteladani, harus berusaha berprestasi dalam bidang tugasnya.
Mendidik dengan contoh (keteladanan) adalah satu metode pembelajaran yang dianggap besar pengaruhnya. Segala yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. dalam kehidupannya, merupakan cerminan kandungan Alquran secara utuh.
Metode pendidikan islam berpusat pada keteladanan. Yang memberikan teladan adalah guru, kepala sekolah, dan semua aparat sekolah. Dalam pendidikan masyarakat, teladan itu adalah para pemimpin masyarakat, para da’i. Teladan untuk bagi semua ummat ialah Rasulullah. Guru tidak boleh mengambil tokoh yang diteladani selain Rasulullah SAW. Sebab, Rasul itulah teladan yang terbaik.












DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr.Fadhl Ilahi, Muhammad SAW Sang Guru yang Hebat, ( Surabaya, Pustaka elba: 2006), hlm. 141-142.

‘Abdul Fattah Abu Ghuddah, 40 Metode Pendidikan dan Pengajaran Rasulullah SAW, (Bandung, Irsyad Baitussalam:2009), hlm. 80.

http://quran.al-shia.org

http://apri76.wordpress.com

http://mifzawal.blogspot.com

http://muslimuny.ilmoe.com

http://www.mukhlisfahruddin.web.id

Tidak ada komentar: