Kamis, 03 Juni 2010

KEPRIBADIAN DALAM TINJAUAN HADITS

KEPRIBADIAN DALAM TINJAUAN HADITS

Agar kita bisa memahami kepribadian manusia secara benar, kita mesti mengetahui semua komponen pembentuk kepribadian. Bahkan kita juga harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian secara baik.
Penganut psikoanalisa meletakkan teori tentang kepribadian berdasarkan kajian dan pembahasan yang beragam berasal dari berbagai sudut pandang yang berbeda yang tunduk pada metode penelitian ilmiah. Dimana kajian tersebut membahas tentang seputar fenomena perilaku manusia yang bisa diteliti melalui penelitian ilmiah.
Untuk memperoleh pengetahuan yang benar dalam mendalami tentang kepribadian kita harus memiliki metode lain yang memberi kita peluang untuk menelitinya dari dimensi spiritual. Untuk memudahkan hal tersebut kita harus menggunakan metode yang digunakan agama-agama langit , yang diberitakan para nabi dan rasul tentang hakikat manusia dan hakikat penciptanya.
Allah berfirman : Apakah allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan); dan dia maha halus lagi maha mengetahui ? (QS 67:14)
Dapat kita lihat pada isi Al-Qur’an tentang ciri-ciri kepribadian manusia, faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian dan mengakibatkan penyimpangan, penyakit kepribadian, serta cara terapi dan pengobatan penyimpangan kepribadian begitu juga didalam isi hadis.
Fitrah Manusia
Dalam karakter penciptaan manusia telah terpadu antara sifat materi dan ruh, antara sifat hewan dan malaikat, antara kebutuhan-kebutuhan dan motivasi-motivasi fisiologis dan psikologis untuk meninggikan jiwa dan ruh.
Manusia dilahirkan dalam keadaan membawa fitrah, yang dimaksud fitrah adalah agama yang lurus, potensi untuk mengenal dan mentauhidkan allah, cenderung kepada kebenaran, dan tidak mengalami penyimpangan. Begitu pula seperti sabda nabi yang diriwayatkan oleh abu hurairah yang berbunyi bahwa setiap bayi lahir dalam keadaan fitrah.
Kesiapan yang bersifat fitrah perlu dipupuk dan dikembangkan melalui proses pendidikan dan pengajaran agar fitrah tersebut terlepas dari segala pengaruh buruk, baik pengaruh tersebut dari lingkungan masyarakat maupun lingkungan keluaraga, sehingga fitrah tersebut tetap lurus dan tidak menyimpang/ mengalami penyimpangan yang tidak diinginkan.
Dengan adanya fitrah manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dan manusia itu sendiri yang berhak menentukan ingin memilih yang mana diantara dua hal tersebut, seperti dalam firman allah yang berbunyi: Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. (QS 90:10)
Juga dalam firmannya : Sesungguhnya kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.(QS 76;3)
Rasul juga telah bersabda bahwa: Sesungguhnya sesuatu yang halal itu sudah jelas dan sesuatu yang haram juga telah jelas.
Tapi dalam diri manusia dengan adanya fitrah tersebut akan cenderung berbuat baik dan mencari ketenangan jiwa , dan setiap manusia yang melakukan keburukan, jiwa mereka akan terasa terusik dan tidak akan mendapatkan ketenangan.
Keseimbangan dalam Kepribadian
Dalam diri manusia akan selalu ada pertarungan antara tuntutan tubuh dan ruh. Dan dalam kondisi seperti ini , seringkali manusia tidak mampu memelihara keseimbangan dalam batas yang wajar. Terkadang manusia lebih memilih untuk mengikuti tuntutan tubuhnya dan mengabaikan tuntutan ruhnya. Namun terkadang manusia pula lebih mengutamakan tuntutan ruhnya dan mengabaikan tuntutan tubuhnya. Kedua kondisi ini sama-sama menyimpang dari fitrah yang ia miliki dan dalam kondisi seperti inilah pribadi manusia menjadi tidak seimbang.
Cara terapi dalam menaggulangi ketidak seimbangan hal tersebut dengan cara mengambil jalan tengah dalam memuaskan kebutuhan tubuh dan ruh atau kebutuhan material dan spiritual tidak berlebihan dan dalam batas-batas yang wajar.
Islam menginginkan keseimbangan sempurna dalam diri manusia. Buktinya islam meniadakan beban ibadah fardhu pada seseorang yang karena melaksanakannya ia malah mengalami bahaya fisik. Seperti contoh , islam memerintahkan seseorang untuk tidak berpuasa ketika ia dalam kondisi sakit atau dalam perjalanan yang melelahkan dan masih banyak contoh yang lain.
Perbedaan Individu
Perbedaan individu diantara manusia yaitu misalnya perbedaan warna kulit, logat bicara, kemampuan fisik, kecerdasan, kemampuan belajar. Dengan mengetahui perbedaan individu ini, diharapkan bisa mengarahkan masing-masing individu pada jenis pendidikan yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, dan menempatkan individu sesuai dengan kemahirannya masing-masing.
Seperti dalam firman allah dan hadis nabi juga menjelaskan bahwa allah menciptakan manusia itu dengan berbagai macam perbedaan yaitu perbedaan warna kulit, perbedaan tabiat dan etika , karakter, temperamen dan emosi manusia.
Menurut Mendel ada semacam perpindahan gen warna kulit orang tua pada pembentukan janin. Ivan Pavlov dan Calvin Hall menjelaskan bahwa ada perbedaan temperamen dan emosi pada binatang yang disebabkan adanya perbedaan fisik dan susunan anatomi tubuh.
Dalam diri manusia sering kita jumpai adanya perbedaan tinngkat temperamen dan emosi , ada orang yang cepat emosi dan mudah tersinggung ada juga yang tenang dan tidak mudah terpancing emosi. Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan jaringan syaraf dan ukuran kelenjar.
Seperti pada potongan sabda Rasulullah yang berbunyi kerjakanlah semampu kalian, menunjukkan bahwa rasul begitu memperhatikan adanya perbedaan individu pada setiap orang, dalam arti beliau menyuruh umatnya untuk mengerjakan perintah berdasarkan kemampuan masing-masing.
Perbedaan Tingkat Kecerdasan
Ada perbedaan tingkat keceredasan pada setiap individu. Kecerdasan merupakan kemampuan rasio secara umum. Kecerdasan mengandung beberapa kemampuan yang lebih spesifik, seperti kemampuan memahami, berfikir dan kemampuan untuk belajar.
Ada dalam salah satu hadis rasul menggambarkan perbedaan kemampuan manusia untuk memahami dan mempelajari sesuatu. Kemampuan inilah yang disebut dengan kecerdasan. Rasulullah membagi tingkat kecerdasan manusia menjadi tiga bagian:
1. Manusia yang tingkat kecerdasannya seperti tanah subur.
Yaitu manusia yang mampu menyerap ilmu, menghafal, mengamalkan dan mengajakannya kepada orang lain. Sehingga ilmu itu bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain.
2. Manusia yang tingkat kecerdasannya seperti tanah gersang yang masih bisa menyimpan cadangan air.
Yaitu manusia yang mampu memahami ilmu dan mampu mengajarkannya kepada orang lain, hanya saja ilmu tersebut tidak bermanfaat bagi dirinya sendiri.
3. Manusia yang tingkat kecerdasannya seperti tanah tandus yang sama sekali tidak bisa menyerap air.
Yaitu manusia yang tidak bisa memahami ilmu dan juga tidak bisa mengajarkannya kepada orang lain.
Dalam hadis lain Rasul menjelaskan bahwa dalam dunia mengajar setiap pengajar harus juga memperhatikan adanya tingkat perbedaan kecerdasan dalam diri peserta didiknya dan setiap pengajar harus mengajak bicara dan mengajarkan materi pelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan nalar peserta didiknya.
Perbedaan Gejolak Emosional
Rasulullah membagi manusia berdasarkan gejolak emosinya menjadi tiga golongan:
a. Manusia yang tidak mudah marah, jarang sekali marah. Manusia yang seperti ini termasuk golongan manusia yang paling utama.
b. Manusia yang cepat marah hanya gara-gara urusan yang remeh, tetapi juga bisa cepat meredam amarahnya.
c. Manusia yang cepat marah dan tidak mudah menghentikan kemarahannya. Ia hanya akan mampu meredam amarahnya jika sudah cukup lama berlalu. Manusia ini termasuk pada golongan yang paling buruk.
Peran Hereditas dan Lingkungan dalam Perbedaan Individu
Ada sejumlah peneliti yang menetapkan bahwa hereditas (keturunan) merupakan faktor dominan dalam pembentukan perbedaan individu, sementara penelitian yang lain menganggap lingkunganlah yang merupakan faktor dominan. Yang jelas hereditas dan lingkungan sama-sama memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk perbedaan individu baik itu cirri-ciri fisik maupun cirri-ciri intelektual.
Dalam beberapa hadis Rasulullah saw mengisyaratkan adanya pengaruh hereditas dan lingkungan pada pembentukan perbedaan individu.
Beberapa Tipe Kepribadian
Al-qur’an telah mengklasifikasikan manusia berdasarkan parameter keimanan menjadi tiga kelompok yaitu orang-orang beriman, orang-orang kafir, dan orang-orang munafik. Sementara Rasulullah mengklasifikasikan manusia berdasarkan parameter keimanan menjadi empat golongan yaitu orang-orang mukmin, orang-orang kafir, orang-orang munafik dan orang yang hatinya bercampur antara keimanan dan kemunafikan.
Rasulullah bersabda “ Hati itu ada empat macam : hati ajrad didalamnya ada pelita yang memancarkan cahaya: hati aghlaf , terselubungi sampulnya; hati mankus; dan hati mushfah merupakan hati yang mengandung unsur keimanan dan kemunafikan.
Didalam hadis yang lain rasul membagi manusia berdasarkan parameter keimanannya menjadi dua yaitu manusia mukmin dan manusia kafir. Dari masing-masing pembagian utama ini Rasul kembali membaginya menjadi dua:
Pertama mukmin orang yang sudah terlahir sebagai mukmin sehingga ia akan berpegang kepada keimanannya sampai meninggal dunia.
Kedua mukmin yang terlahir dikomunitas kafir. Mulanya ia terlahir sebagai seorang kafir namun setelah itu beriman dan meninggal dunia sebagai orang mukmin.
Begitu juga dengan kafir, ini juga dibagi menjadi dua:
Pertama orang kafir yang terlahir sebagai orang kafir dan meninggal dunia dalam keadaan kafir.
Kedua orang kafir yang terlahir dikomunitas mukmin.
Pembentukan Kepribadian
Keimanan merupakan suatu yang akan mengarahkan dan membentuk perilaku seseorang, baik ketika ketika berinteraksi dengan tuhannya, dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain. Dalam pandangan islam, orang yang dianggap paling baik adalah orang yang paling kuat imannya dan takwanya. Hanya ketakwaan dan keimanan saja yang akan dipertimbangkan untuk menentukan baik buruknya seseorang.
Bahwa setiap manusia harus meyakini bahwa Allah tuhan kita hanya satu tidak ada sekutu baginya, dan kita sebagai ,manusia harus selalu menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya , karena dalam pandangan islam, nilai manusia ditentukan oleh derajat keimanan, ketakwaan, amal shalih, dan akhlaknya. Kedudukan manusia tidak didasarkan pada garis keturunan, harta, kekayaan, pangkat, ataupun penampilan yang menarik.

Tidak ada komentar: